Hari libur telah tiba saat nya untuk mencari spot foto yang
menarik di kota gede, akhir pekan biasa nya hanya jalan jalan di pasar maupun tempat bersejarah
yang ada di kota jogja, sembari mencari inspirasi. Saya berkunjung di salah satu gang yang cukup
terkenal dengan spot foto menarik yaitu gang Soka, pada saat sedang mencari
parkiran, ada salah satu teman lama yang menyapaku di gang tersebut ternyata ia
juga bertempat tinggal di daerah sekitaran situ, beruntungnya aku bisa bertemu
dan bisa numpang parker di kontrakannya.
Pada saat berkunjung
di kontrakan teman ternyata yang lain antusias untuk ikut hunting foto di salah
satu bangunan yang cukup viral yaitu rumah pocong sumi, dengan demikian aku dan
beberapa teman akhirnya mengunjungi rumah pocong sumi dan beruntung lagi ada
juru kunci di sana, akhirnya kita di persilakan masuk dan melihat lebih detail
rumah dan ikut merasa kan suasana tersebut, asik mengobrol dengan juru kunci
tersebut kami lalu mengambil beberapa foto di sekitaran rumah pocong sumi
dengan ijin juru kunci tentunya. Waktu sudah menunjukan pukul 4 sore hari dan
kami pun berpamitan dengan juru kunci untuk melanjutkan ke spot foto berikutnya
yaitu masjid mataram yang terletak cukup dekat dengan rumah pocong sumi.
Berkeliling di
daerah kota gede adalah kali pertama dan sangat berkesan karena banyak sekali
bangunan peningalan jaman penjajahan dan bangunan bekas Kerajaan yang masih
terjaga sampai sekarang, banyak turis asing berkunjung di kota gede karena
keunikan dan beraneka macam makanan khas jogja tempo dulu masih bisa kita
rasakan hingga saat ini. Banyak juga turis lokal memutuskan foto pre wedding
bertemakan nuansa kota gede dengan gaya vintage dan Kembali bernostalgia. Kota
gede juga merupakan sentra kerajinan perak yang sudah di kenal seluruh dunia
dengan tangan-tangan kreatif mereka yang menghasilkan karya dari perak,
berbagai macam jenis, bentuk dan unsur kesenian yang bisa dihasilkan dari
tangan kreatif para pengrajin perak.
peninggalan kerajaan mataram bisa kita temukan di kota gede, masih sangat terjaga dan terawat di sana. Pemandian di dalam bangunan peninggalan mataram masih sangat bersih dan masih di pakai oleh warga sekitar maupun para wisatawan untuk wisata religius. masih sangat terasa hangatnya suana di kota gede dengan pasar tradisonal maupun kuliner yang masih sangat kuno dan khas bisa kia temukan disana, kata rindu adalah sebuah keharusan kata nyaman adalah kata yang pantas untuk suasa yang aku rasakan saat itu, banyak sekali yang ingin tinggal di seputaran kota gede karena mungkin hal yang paling mudah untuk nyaman ya itu berada disana.
mungkin segitu dulu cerita singkat dari penjelajah sendirian dari ujung sana ke ujung sana untuk mencari sebuah kenyamanan, ketenangan dan sebuah cinta kasih hehhehe.
Sejarah Kotagede: Kota Tua Penuh Warisan Budaya
Kotagede adalah salah satu kawasan bersejarah di Yogyakarta yang dikenal sebagai ibu kota pertama Kesultanan Mataram Islam pada abad ke-16. Kota ini berkembang pesat pada masa pemerintahan Panembahan Senopati, pendiri Dinasti Mataram, yang kemudian melahirkan Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta. Hingga kini, Kotagede masih mempertahankan nuansa klasik dengan arsitektur kuno, gang-gang kecil, serta situs-situs bersejarah yang memancarkan kejayaan masa lalu.
Salah satu peninggalan penting di Kotagede adalah Masjid Agung Kotagede, yang disebut sebagai masjid tertua di Yogyakarta. Masjid ini memiliki nilai historis yang tinggi dan menjadi saksi perkembangan Islam di tanah Jawa.
Masjid Agung Kotagede: Masjid Tertua di Yogyakarta
Sejarah Pendirian
Masjid Agung Kotagede didirikan pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Panembahan Senopati, sekitar tahun 1589 M. Masjid ini dibangun untuk menjadi pusat kegiatan keagamaan bagi masyarakat Mataram Islam yang saat itu masih dalam tahap awal pembentukan kerajaan.
Masjid ini merupakan bukti asimilasi budaya Hindu-Buddha dan Islam dalam arsitektur Jawa. Hal ini terlihat dari berbagai elemen bangunan yang masih mempertahankan ciri khas arsitektur Hindu-Jawa, seperti gapura berbentuk candi bentar yang mirip dengan gerbang pura atau candi Hindu.
Keunikan Arsitektur
Masjid Agung Kotagede memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari masjid-masjid lainnya di Yogyakarta, di antaranya:
-
Gapura Candi Bentar
- Gerbang masuk ke area masjid berbentuk candi bentar, yang merupakan warisan dari tradisi Hindu-Buddha sebelum Islam berkembang di Jawa.
-
Bangunan dengan Atap Joglo
- Atap masjid berbentuk Joglo, khas arsitektur Jawa, yang mencerminkan harmoni budaya lokal dengan unsur Islam.
-
Pagar Batu Bata Merah
- Dinding dan pagar masjid terbuat dari batu bata merah, mirip dengan arsitektur Keraton dan candi Hindu-Jawa.
-
Mimbar Kayu Berukir
- Mimbar yang digunakan untuk khutbah dibuat dari kayu jati tua dengan ukiran khas Jawa yang bernilai seni tinggi.
-
Sumur dan Pengimaman Kuno
- Di dalam kompleks masjid terdapat sumur tua, yang konon digunakan oleh para sultan dan masyarakat setempat untuk berwudhu sejak zaman dahulu.
Fungsi dan Peran Masjid Agung Kotagede
Masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan keagamaan dan sosial. Beberapa aktivitas penting yang masih dilakukan di masjid ini antara lain:
- Pengajian dan Kajian Islam
- Peringatan hari besar Islam seperti Maulid Nabi dan Ramadan
- Ziarah ke Makam Raja-Raja Mataram yang berada di dekat masjid
- Tradisi Grebeg dan Ritual Keagamaan yang masih dipertahankan oleh masyarakat sekitar
Makam Raja Mataram di Kompleks Masjid
Di dekat Masjid Agung Kotagede terdapat kompleks makam raja-raja Mataram, termasuk Panembahan Senopati dan keluarganya. Makam ini menjadi tempat ziarah yang sering dikunjungi oleh wisatawan dan peziarah dari berbagai daerah.
Kesimpulan
Masjid Agung Kotagede adalah saksi bisu perjalanan Islam dan kebudayaan Jawa di Yogyakarta. Dengan arsitektur khas dan sejarah panjangnya, masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga pusat peradaban Islam yang masih bertahan hingga kini.
Jika Anda berkunjung ke Yogyakarta, jangan lupa untuk mampir ke Kotagede dan menyaksikan sendiri keindahan serta keunikan masjid tertua di kota ini!
Post a Comment for "Kota gede dan kerajaan mataram"